Rabu, 14 September 2011

Tips ketika keluarga sedang terlilit Hutang


TERKADANG sumber persoalan keuangan yang melilit memang tidak selalu berasal dari kita sendiri. Kita juga kerap tak bisa lepas tangan ketika orang terdekat kita terlilit utang. Buruknya lagi, masalah keuangan pasangan ini seringkali menjadi pokok masalah yang menyebabkan rusaknya hubungan yang sudah dibina.
Sebagaimana diungkapkan Fauziah Arsiyanti Fauzan SE MM DiplFp, perencana keuangan independen dari First Principal Financial pte ltd Singapore.
Katanya, tidak sedikit klien pasangan yang ditemui dengan permasalahan keuangan tersebut memilih untuk berpisah karena sudah tidak tahan dengan pasangan yang kerap terlilit utang.
Karena itu sebelum masalah ini terjadi, ada baiknya simak beberapa kiat untuk menyikapi pasangan yang terlilit utang.
Jujur dengan Kondisi Keuangan
Sikap jujur terhadap pasangan tidak hanya perlu diterapkan dalam kehidupan sosial. Dalam masalah finansial pun, kejujuran dan keterbukaan juga penting untuk diterapkan.
Saling membeberkan berapa banyak aset yang dimiliki masing-masing, berapa pendapatan per bulan yang dihasilkan dan berapa pengeluaran, juga termasuk berapa banyak dan apa saja tanggungan kredit atau utang yang masih harus dicicil. Boleh jadi merupakan langkah awal keterbukaan yang bisa dilakukan.
Meski membeberkan soal kepemilikan, kejujuran ini bukan lantas menjadi senjata untuk menggunakan aset pasangan untuk menutup utang di kemudian hari. Tetapi kejujuran dan keterbukaan ini lebih ditujukan agar masing-masing pasangan dapat memahami kemampuan finansialnya masing-masing.
Dengan demikian akan menjadi bahan koreksi akan permasalahan utang yang sedang dihadapi. Juga menjadi referensi untuk menentukan langkah selanjutnya untuk menyelesaikan masalah utang ini bersama-sama.
Rancang Anggaran Bersama
Setelah data mengenai aset dan anggaran pendapatan-pengeluaran ini didapat, yang perlu dilakukan kemudian adalah memikirkan rancangan anggaran si dia. Curahkan segala pikiran, pertimbangan dan opsi Anda untuk mencari jalan keluar masalah utang ini.
Misalnya, dengan menentukan skala prioritas pengeluaran, menghitung anggaran pemasukan-pengeluaran secara rinci, mencari alternatif pendapatan yang lain dan mengajukan opsi menghapus beberapa pos pengeluaran.
Ingat! Dengan atau tanpa pernikahan, pasangan Anda adalah orang terdekat yang membutuhkan bantuan Anda ketika ia sedang terlilit masalah. Karena itu, jangan dulu berpikir bahwa Anda terbebani dengan semua permasalahan ini sebelum Anda membantu mencarikan jalan keluar.
Lebih Banyak Mengingatkan
Mungkin suatu ketika, Anda juga akan terkena imbas permasalahan utang pasangan. Misalnya, Anda harus ikut-ikut berhemat agar dapat menyisihkan uang untuk investasi masa depan.
Sepanjang pasangan mematuhi aturan main yang sudah ditetapkan bersama, tidak jadi masalah jika Anda harus ikut menanggung beban tersebut. Tetapi begitu pasangan tidak mematuhi anggaran tersebut, segera tegur dan ingatkan bahwa Anda juga terbebani karena ulahnya.
Jika perlu, tanyakan alasan mengapa ia kembali terlilit utang lagi. Lalu cobalah mengingatkan dengan lebih aktif terlibat dalam kehidupannya. Misalnya, jika alasan ia menggesek kartu kredit karena tidak pernah bisa menolak ajakan nongkrong. Mungkin ini saatnya Anda ikut nongkrong bersama si dia dan teman-temannya.
Kalau alasan dia tidak bisa menahan keinginan belanja, batasi jadwal bepergian ke mal. Atau pasangan tidak bisa mengatakan 'tidak' untuk teman yang suka berutang padanya. Dengan begitu Anda bisa bertindak menjadi pengingat sekaligus juru bicara ketika pasangan tidak sanggup berkata "tidak".
Atau sesekali Anda ikut dalam kegiatan hobi atau acara bepergiannya, supaya Anda dapat senantiasa mengingatkan dia untuk mematuhi prinsip yang sudah dibuat bersama. Jangan segan-segan untuk terlibat dengan sisi kehidupan si dia yang sebelumnya tidak Anda sentuh. Sekali lagi, ini adalah masalah bersama Anda dan pasangan.
Selesaikan Utang
Saat pasangan terlilit utang, sebagai partner yang baik Anda juga harus bersikap rasional untuk menyelesaikan utang si dia. Jangan dulu menyalahkan atau cuci tangan karena utang itu bukan untuk keperluan Anda.
Tetapi cari tahu alasan mengapa dia berutang dan pikirkan bahwa utang itu perlu segera diselesaikan agar tidak menumpuk di kemudian hari.
Agar tidak semakin menggunung, yakinkan pasangan bahwa utang itu harus dicicil hingga ke pokoknya. Jangan hanya membayar minimum payment. Misalnya, minimun payment-nya 600 ribu, sebaiknya bayar saja 650 ribu.
Dengan begitu pokok utang juga perlahan berkurang dan tidak terkesan jalan di tempat. Kalau budget memungkinkan, bayar cicilan utang sekaligus.
Juga prioritaskan pengeluaran untuk menutup utang. Jika memungkinkan selesaikan semua cicilan sesuai jadwal. Kalau tidak memungkinkan atau cicilan utang terlalu besar, maka prioritaskan cicilan utang yang terbesar.
Dengan menyelesaikan utang yang paling banyak akan mengurangi beban pengeluaran selanjutnya. Dan jangan sekali-kali membuat utang baru untuk menutup utang lama. Ini akan membuat pasangan semakin konsumtif dan menyepelekan masalah utang ini.
Kalau perlu jual saja aset yang bisa dijual cepat. Mungkin kedengarannya sayang, tetapi ini akan menjadi pelajaran berharga buat si dia. Bahwa sebelum memulai habit berutang, pikirkan risiko yang harus kehilangan aset!
Ubah Gaya Hidup
Sebagian besar orang yang memiliki utang konsumtif banyak, memiliki gaya hidup yang salah. Misalnya, pasangan lebih suka berbelanja di butik eksklusif daripada di departemen store dengan produk masalnya. Atau lebih suka nongkrong di cafe daripada ber-week end di rumah.
Kalau sudah begitu, berusahalah disiplin dengan kebiasaan buruknya. Tetapi bukan berarti kita berusaha menghapus kebiasaan itu secara ekstrim.
Pertama, biarkan saja dia menanggung sendiri apa yang sudah diperbuatnya. Dan tunjukkan dengan perhitungan Anda bahwa dengan kebiasaan itu akan merugikan rencana masa depan Anda berdua.
Misalnya, rencana Anda berdua akan membeli rumah akan semakin lama terwujud, atau biaya pendidikan anak akan ikut terpangkas, risiko kehilangan aset, danseterusnya.
Diharapkan dengan begitu akan timbul kesadaran si dia. Kalau kita main larang apa yang jelas-jelas salah menurut kita, yang terjadi justru si dia sembunyi-sembunyi berutang dan kita diam-diam membayar. Kalau sudah begini, malah jadi seperti lingkaran setan saja. Tidak pernah selesai.
Bijak dengan Kartu Kredit
Seringkali masalah utang yang melilit disebabkan oleh penggunaan kartu kredit yang tidak bijaksana. Sebelum hal itu terjadi, kita perlu tahu prinsip penggunaan kartu kredit secara bijak.
Berikut beberapa prinsip penggunaan kartu kredit yang harus ditanamkan dalam pikiran kita.
- Kartu kredit bukanlah alat pengganti uang cash, tetapi ia hanya salah satu fasilitas untuk membiayai keperluan yang tidak ter-cover uang cash di dompet.
- Kartu kredit juga tidak perlu selalu dibawa kemana-mana karena itu akan membuat kita mudah untuk menggunakannya.
- Sebaiknya kartu kredit digunakan hanya untuk membiayai hal-hal yang sangat penting, seperti jika ada keperluan bepergian mendadak, ada anggota keluarga yang sakit atau kecelakaan, dan sebagainya.
- Selesaikan cicilan secepatnya dan jangan menunda karena bunga kartu kredit juga akan terus berkembang.
- Jangan tergiur promo yang sedang berlangsung! Seperti diskon khusus yang sedang digelar di departemen store atau restoran. Meski kesannya bisa jauh lebih murah, tetapi itu akan membuat kita menjadi konsumtif. 




sumber : http://tukeranilmu.blogspot.com/2009/10/tips-ketika-keluarga-sedang-terlilit.html

1 komentar:

  1. Sharing .. ilmu yang sangat bermanfaat, banyak disekitar kita yang memerlukan pengetahuan cara menangani hutang, semoga banyak yang terinpirasi.

    Saya juga jika diperbolehkan ingin sharing mengatasi hutang yang sangat melilit, jika memang masih memerlukan sharing tambahan mengatasi hutang ini, bisa di baca di http://finplanner-jauhari.blogspot.com/2011/12/ampuunn-saya-terlilit-hutang-gila.html

    salam

    BalasHapus