TERKADANG sumber persoalan keuangan yang melilit memang tidak selalu
berasal dari kita sendiri. Kita juga kerap tak bisa lepas tangan ketika
orang terdekat kita terlilit utang. Buruknya lagi, masalah keuangan
pasangan ini seringkali menjadi pokok masalah yang menyebabkan rusaknya
hubungan yang sudah dibina.
Sebagaimana diungkapkan Fauziah Arsiyanti Fauzan SE MM DiplFp, perencana
keuangan independen dari First Principal Financial pte ltd Singapore.
Katanya, tidak sedikit klien pasangan yang ditemui dengan permasalahan
keuangan tersebut memilih untuk berpisah karena sudah tidak tahan dengan
pasangan yang kerap terlilit utang.
Karena itu sebelum masalah ini terjadi, ada baiknya simak beberapa kiat untuk menyikapi pasangan yang terlilit utang.
Jujur dengan Kondisi Keuangan
Sikap jujur terhadap pasangan tidak hanya perlu diterapkan dalam
kehidupan sosial. Dalam masalah finansial pun, kejujuran dan keterbukaan
juga penting untuk diterapkan.
Saling membeberkan berapa banyak aset yang dimiliki masing-masing,
berapa pendapatan per bulan yang dihasilkan dan berapa pengeluaran, juga
termasuk berapa banyak dan apa saja tanggungan kredit atau utang yang
masih harus dicicil. Boleh jadi merupakan langkah awal keterbukaan yang
bisa dilakukan.
Meski membeberkan soal kepemilikan, kejujuran ini bukan lantas menjadi
senjata untuk menggunakan aset pasangan untuk menutup utang di kemudian
hari. Tetapi kejujuran dan keterbukaan ini lebih ditujukan agar
masing-masing pasangan dapat memahami kemampuan finansialnya
masing-masing.
Dengan demikian akan menjadi bahan koreksi akan permasalahan utang yang
sedang dihadapi. Juga menjadi referensi untuk menentukan langkah
selanjutnya untuk menyelesaikan masalah utang ini bersama-sama.
Rancang Anggaran Bersama
Setelah data mengenai aset dan anggaran pendapatan-pengeluaran ini
didapat, yang perlu dilakukan kemudian adalah memikirkan rancangan
anggaran si dia. Curahkan segala pikiran, pertimbangan dan opsi Anda
untuk mencari jalan keluar masalah utang ini.
Misalnya, dengan menentukan skala prioritas pengeluaran, menghitung
anggaran pemasukan-pengeluaran secara rinci, mencari alternatif
pendapatan yang lain dan mengajukan opsi menghapus beberapa pos
pengeluaran.
Ingat! Dengan atau tanpa pernikahan, pasangan Anda adalah orang terdekat
yang membutuhkan bantuan Anda ketika ia sedang terlilit masalah. Karena
itu, jangan dulu berpikir bahwa Anda terbebani dengan semua
permasalahan ini sebelum Anda membantu mencarikan jalan keluar.
Lebih Banyak Mengingatkan
Mungkin suatu ketika, Anda juga akan terkena imbas permasalahan utang
pasangan. Misalnya, Anda harus ikut-ikut berhemat agar dapat menyisihkan
uang untuk investasi masa depan.
Sepanjang pasangan mematuhi aturan main yang sudah ditetapkan bersama,
tidak jadi masalah jika Anda harus ikut menanggung beban tersebut.
Tetapi begitu pasangan tidak mematuhi anggaran tersebut, segera tegur
dan ingatkan bahwa Anda juga terbebani karena ulahnya.
Jika perlu, tanyakan alasan mengapa ia kembali terlilit utang lagi. Lalu
cobalah mengingatkan dengan lebih aktif terlibat dalam kehidupannya.
Misalnya, jika alasan ia menggesek kartu kredit karena tidak pernah bisa
menolak ajakan nongkrong. Mungkin ini saatnya Anda ikut nongkrong
bersama si dia dan teman-temannya.
Kalau alasan dia tidak bisa menahan keinginan belanja, batasi jadwal
bepergian ke mal. Atau pasangan tidak bisa mengatakan 'tidak' untuk
teman yang suka berutang padanya. Dengan begitu Anda bisa bertindak
menjadi pengingat sekaligus juru bicara ketika pasangan tidak sanggup
berkata "tidak".
Atau sesekali Anda ikut dalam kegiatan hobi atau acara bepergiannya,
supaya Anda dapat senantiasa mengingatkan dia untuk mematuhi prinsip
yang sudah dibuat bersama. Jangan segan-segan untuk terlibat dengan sisi
kehidupan si dia yang sebelumnya tidak Anda sentuh. Sekali lagi, ini
adalah masalah bersama Anda dan pasangan.
Selesaikan Utang
Saat pasangan terlilit utang, sebagai partner yang baik Anda juga harus
bersikap rasional untuk menyelesaikan utang si dia. Jangan dulu
menyalahkan atau cuci tangan karena utang itu bukan untuk keperluan
Anda.
Tetapi cari tahu alasan mengapa dia berutang dan pikirkan bahwa utang
itu perlu segera diselesaikan agar tidak menumpuk di kemudian hari.
Agar tidak semakin menggunung, yakinkan pasangan bahwa utang itu harus
dicicil hingga ke pokoknya. Jangan hanya membayar minimum payment.
Misalnya, minimun payment-nya 600 ribu, sebaiknya bayar saja 650 ribu.
Dengan begitu pokok utang juga perlahan berkurang dan tidak terkesan
jalan di tempat. Kalau budget memungkinkan, bayar cicilan utang
sekaligus.
Juga prioritaskan pengeluaran untuk menutup utang. Jika memungkinkan
selesaikan semua cicilan sesuai jadwal. Kalau tidak memungkinkan atau
cicilan utang terlalu besar, maka prioritaskan cicilan utang yang
terbesar.
Dengan menyelesaikan utang yang paling banyak akan mengurangi beban
pengeluaran selanjutnya. Dan jangan sekali-kali membuat utang baru untuk
menutup utang lama. Ini akan membuat pasangan semakin konsumtif dan
menyepelekan masalah utang ini.
Kalau perlu jual saja aset yang bisa dijual cepat. Mungkin kedengarannya
sayang, tetapi ini akan menjadi pelajaran berharga buat si dia. Bahwa
sebelum memulai habit berutang, pikirkan risiko yang harus kehilangan
aset!
Ubah Gaya Hidup
Sebagian besar orang yang memiliki utang konsumtif banyak, memiliki gaya
hidup yang salah. Misalnya, pasangan lebih suka berbelanja di butik
eksklusif daripada di departemen store dengan produk masalnya. Atau
lebih suka nongkrong di cafe daripada ber-week end di rumah.
Kalau sudah begitu, berusahalah disiplin dengan kebiasaan buruknya.
Tetapi bukan berarti kita berusaha menghapus kebiasaan itu secara
ekstrim.
Pertama, biarkan saja dia menanggung sendiri apa yang sudah
diperbuatnya. Dan tunjukkan dengan perhitungan Anda bahwa dengan
kebiasaan itu akan merugikan rencana masa depan Anda berdua.
Misalnya, rencana Anda berdua akan membeli rumah akan semakin lama
terwujud, atau biaya pendidikan anak akan ikut terpangkas, risiko
kehilangan aset, danseterusnya.
Diharapkan dengan begitu akan timbul kesadaran si dia. Kalau kita main
larang apa yang jelas-jelas salah menurut kita, yang terjadi justru si
dia sembunyi-sembunyi berutang dan kita diam-diam membayar. Kalau sudah
begini, malah jadi seperti lingkaran setan saja. Tidak pernah selesai.
Bijak dengan Kartu Kredit
Seringkali masalah utang yang melilit disebabkan oleh penggunaan kartu
kredit yang tidak bijaksana. Sebelum hal itu terjadi, kita perlu tahu
prinsip penggunaan kartu kredit secara bijak.
Berikut beberapa prinsip penggunaan kartu kredit yang harus ditanamkan dalam pikiran kita.
- Kartu kredit bukanlah alat pengganti uang cash, tetapi ia hanya salah
satu fasilitas untuk membiayai keperluan yang tidak ter-cover uang cash
di dompet.
- Kartu kredit juga tidak perlu selalu dibawa kemana-mana karena itu akan membuat kita mudah untuk menggunakannya.
- Sebaiknya kartu kredit digunakan hanya untuk membiayai hal-hal yang
sangat penting, seperti jika ada keperluan bepergian mendadak, ada
anggota keluarga yang sakit atau kecelakaan, dan sebagainya.
- Selesaikan cicilan secepatnya dan jangan menunda karena bunga kartu kredit juga akan terus berkembang.
- Jangan tergiur promo yang sedang berlangsung! Seperti diskon khusus
yang sedang digelar di departemen store atau restoran. Meski kesannya
bisa jauh lebih murah, tetapi itu akan membuat kita menjadi konsumtif.
sumber : http://tukeranilmu.blogspot.com/2009/10/tips-ketika-keluarga-sedang-terlilit.html
Sharing .. ilmu yang sangat bermanfaat, banyak disekitar kita yang memerlukan pengetahuan cara menangani hutang, semoga banyak yang terinpirasi.
BalasHapusSaya juga jika diperbolehkan ingin sharing mengatasi hutang yang sangat melilit, jika memang masih memerlukan sharing tambahan mengatasi hutang ini, bisa di baca di http://finplanner-jauhari.blogspot.com/2011/12/ampuunn-saya-terlilit-hutang-gila.html
salam